Lelaki gagah bersorot mata dewa api
Otot tubuh menyembulkan warna logam hitam
Sedini pagi menemu kawanan mati
Dijumpainya handai dan sanak berhari kelam
Peluru meriam laju terbang suara benci
Kepala lewatan pasrah tertikam
Bergumam mulut mulut mantera leluhur
Maafkan maafkan apa dosa apa salah
Agar yang terkapar dikubur sudah
Selongsong menegurnya pecah pecah
Otot tubuh menyembulkan warna logam hitam
Sedini pagi menemu kawanan mati
Dijumpainya handai dan sanak berhari kelam
Peluru meriam laju terbang suara benci
Kepala lewatan pasrah tertikam
Bergumam mulut mulut mantera leluhur
Maafkan maafkan apa dosa apa salah
Agar yang terkapar dikubur sudah
Selongsong menegurnya pecah pecah
Waktu yang memburu
Lantas tercipta Do’a baru
”Tuhan perkenankan aku membunuh
Kalau itu satu jalan mempertahankan negriku”
Dan perang ini terbebas dari gerah
Menyembuhkan seringai malam penuh luka biru ‘
Segenggam tanah dari halaman depan dibawa serta
Untuk bekal bila mati nanti dan musuh yang tertawa
Dibisikinya hati serta jiwa satu raga
”Bunda aku berangkat melihat angkasa!!!”
Mengharu birulah medan laga
Berpestalah parang yang telah diberkahi
Dihati dan di tangan bukan membunuh mangsa
Tapi meminta negri kembali
Debunya wangi menDo’a : "Tuhanku...Tuhan
Lantas tercipta Do’a baru
”Tuhan perkenankan aku membunuh
Kalau itu satu jalan mempertahankan negriku”
Dan perang ini terbebas dari gerah
Menyembuhkan seringai malam penuh luka biru ‘
Segenggam tanah dari halaman depan dibawa serta
Untuk bekal bila mati nanti dan musuh yang tertawa
Dibisikinya hati serta jiwa satu raga
”Bunda aku berangkat melihat angkasa!!!”
Mengharu birulah medan laga
Berpestalah parang yang telah diberkahi
Dihati dan di tangan bukan membunuh mangsa
Tapi meminta negri kembali
Debunya wangi menDo’a : "Tuhanku...Tuhan
nyalaMu putih bersih mohon kekuatan
Tuhanku Yang Kudus perkenankan aku membunuh
Perkenankan parang ini menebas tubuh musuh”
Lelaki gagah bersorot mata dewa api
Nusantara mengenal namanya Pattimura
Otot tubuh menyembulkan warna logam hitam
Semua berikrar berucap:Kapitan!!!
Kutuliskan saat matahari agung berucap
”selamat siang anak manusia
Lalu aku teringat putra matahari
Tertulislah alkisah....."
Depok,Bersama panas mentari pukul 12.15 WIB
Tuhanku Yang Kudus perkenankan aku membunuh
Perkenankan parang ini menebas tubuh musuh”
Lelaki gagah bersorot mata dewa api
Nusantara mengenal namanya Pattimura
Otot tubuh menyembulkan warna logam hitam
Semua berikrar berucap:Kapitan!!!
Kutuliskan saat matahari agung berucap
”selamat siang anak manusia
Lalu aku teringat putra matahari
Tertulislah alkisah....."
Depok,Bersama panas mentari pukul 12.15 WIB
”whs anak Ibunda”
Catatan:membaca lagi sejarah itu
Kapitan Pattimura atau dikenal dengan nama Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia lahir di Negeri Haria, Porto, Pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783.Beliau bersama pasukanya pernah merebut benteng belanda di Saparua . Sampai akhirnya Beliau tertangkap dan pemerintah kolonial belanda menjatuhkan hukuman gantung karena menolak kompromi,eksekusi dilakukan di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817
Catatan:membaca lagi sejarah itu
Kapitan Pattimura atau dikenal dengan nama Thomas Matulessy atau Thomas Matulessia lahir di Negeri Haria, Porto, Pulau Saparua, Maluku, 8 Juni 1783.Beliau bersama pasukanya pernah merebut benteng belanda di Saparua . Sampai akhirnya Beliau tertangkap dan pemerintah kolonial belanda menjatuhkan hukuman gantung karena menolak kompromi,eksekusi dilakukan di Ambon, Maluku, 16 Desember 1817
Tidak ada komentar:
Posting Komentar